Diposkan
Oleh : PRC , Agung Saputra
Hari :
Sabtu, 27-07-2013
Tempat :
Mushola Assabilillah
Penceramah : Sulistiyono
Penceramah : Sulistiyono
Sumber :Lihat blog ku disini
Teringat
ketika kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi
orang yang pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang
menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Tapi apakah kepandaian itu? Mungkin
dari kita ada yang menghitung berdasarkan IQ. Tapi kasihan juga orang yang
ditakdirkan dilahirkan dengan IQ yang rendah, mereka tidak akan pernah menjadi
orang pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.
Yang
menarik dalam Islam, kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ
nya tidak tinggi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi)
dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang
yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits
hasan’)
Jadi
ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan
melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.
Muhasabah
Muhasabah
dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan
aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres
aktifitas dan menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal
evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita bisa bernafas dan menata ulang
kehidupan kita.
Al
Quran menyuruh kita untuk muhasabah [QS. Al-Hasyr 18]:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”
Sahabat
Umar r.a. berkata:
”Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab,
dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan
bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang
menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”
Pernyataan
sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah
maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil
akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan
atau tahunan.
Muhasabah
tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill
Gates, seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau “think
week” dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft.
Dia akan beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam
sehari. Dari kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar
dalam pengembangan software.
Beramal untuk Bekal
Selain
itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action
after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan
hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas
dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang
terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang
muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak
lanjut atau perbaikan.
Orang
yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang
juga beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas
dan juga berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir.
Dalam surat Al Qashash 77, Allah SWT berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi.”
Bahkan
dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak
melupakan kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga
terjadi keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat
bisa diraih.
Secara
ringkas, kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu
dapat digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk
kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT
untuk menjadi seorang muslim yang pandai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar